Penyebarluasan Praktik Efektif Pengelolaan Sumber Daya Kehutanan dan Narasi Perubahan Iklim melalui Media Komunikasi Berbasis Masyarakat

Mempromosikan Inisiatif Ekonomi Hijau bagi Petani Perempuan dan Pemuda pada Sektor Pertanian Berkelanjutan di Indonesia (ECHO Green)

Training Perencanaan Desa Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan CCSR

 

Kepala Desa Kenepai, Lincang, menyambut baik kegiatan training Perencanaan Desa Terpadu Menggunakan Pendekatan CCSR (A.C.2.4) batch III yang dilaksanakan oleh RESBOUND Kal-Bar bertempat di kantor Desa Kenepai,  Rabu, 29 Juli 2020. Training batch III tersebut diikuti oleh perwakilan dari 3 (tiga desa) yaitu desa Kenepai, Desa Tua’ Abang dan desa Sekedau, berjumlah 12 orang. Dengan adanya kegiatan tersebut Kepala Desa merasa sangat terbantu dalam proses penyusunan  (RPJMDES, RKPDES, APBDES) Karena Kepala Desa baru menjabat beberap bulan yang lalu. Terutama berkaitan dengan CRS perusahaan sawit. Saat ini ada PT DNL yang memiliki kebun di wilayah administrative desa Nanga Kenepai  Masyarakat berharap ada kerjasama yang baik antara desa dengan perusahaan. Masih banyak kebutuhan terkait pembangunan desa yang perlu bantuan pihak perusahaan melalui CSR misalnya pembangunan/peningkatan jalan akses masuk kedesa Nanga Kenepai. Selama ini memang sudah ada kerja sama antar pihak desa dan pihak perusahaan tetapi belum tertulis.

“Saya juga berharap Fasilitator Lapangan RESBOUND dapat mendongkrak organisasi kepemudaan yang ada di desa untuk terlibat dalam pembangunan desa” lanjut Kepala Desa Nanga Kenepai. Di desa Nanga Kenepai sudah ada Faslitator Desa yang pernah mengikuti pelatihan Lobby dan Advokasi  yang diselenggarakan oleh RESBOUND Kal-Bar pada bulan Januari 2020 lalu.

Terkait dengan lapangan pekerjaan bagi warga desa Kepala Desa berharap  agar pihak perusahaan lebih mengutamakan tenaga kerja lokal. Selama ini perusahaan belum bersikap adil dalam proses seleksi penerimaan tenaga kerja. Sebagai contoh pada saat penerimaan tenaga kerja harian perusahaan hanya mengambil satu orang tenaga lokal, sementara empat orang lainnya di ambil dari masyarakat luar Desa. Hal ini yang menyebabkan Kepala Desa merasa kecewa terhadap perusahaan.

Sementara itu, Rudi, Sekdes Nanga Kenepai, memandang sangat perlu adanya Forum Komunikasi Antar Desa. FKAD berfungsi sebagai wadah sekaligus jembatan untuk berkomunikasi dan  menyampaikan aspirasi masyarakat ke pihak perusahan.

Harapannya setelah ada forum ini komunikasi dan kerja sama antara desa dengan perusahaan dapat terjalin dengan baik.

Potensi Budaya

Tidak dapat di pungkiri setiap Desa memiliki potensi budaya masing-masing, begitu juga dengan desa Nanga Kenepai. Salah satu potensi budaya yang terdapat di desa Nangan Kenepai adalah ritual Begela’ Unsa’ Kane’. Acara budaya ini adalah ritual untuk memandikan dan memberi makan pada peralatan perang beserta hasil perang. Kemudian ada juga lokasi Tembawang, lokasi ini adalah salah satu objek wisata desa dimana terdapat potongan kayu besar yang bisa di gulingkan dari atas bukit. Kayu ini merupakan alat pertahanan masyarakat Dayak Kantu’ dalam menghadapi musuh yang menyerang desa. Potensi budaya inilah yang perlu untuk di gali kembali dan dipertahankan sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi desa Nanga Kenepai.

Selain potensi budaya diatas terdapat juga beberapa potensi lainnya seperti ikan lokal, palawija, dan sayur mayur lainnya. Pada musim kemarau  di desa Kenepai terdapat potensi ikan yang melimpah. Jenis ikan yang sering di kumpulkan oleh masyarakat adalah ikan lais. Tetapi ikan yang melimpah ini belum di kelola dengan baik oleh masyarakat. Selama ini ikan hanya di jual mentah kepada pembeli di Kecamatan Semitau sehingga harganya hanya Rp 5.000/Kg pada di musim Ikan (kemarau).

Untuk meningkatkan harga jual ikan, Stephanus Mulyadi, trainer dalam pelatihan tersebut menyarankan sebaiknya masyarakat memasarkan ikan olahan dalam bentuk  ikan asin atau ikan salai yang nilai jualnya lebih tinggi. [Bahan bakar dapat menggunakan serbuk gergaji dari sawmill local yang ada di desa. Strategi lain adalah melalui BUMDes. Sedangkan untuk peningkatan kapasitas SDM dan kualitas produk desa dapat berkerja sama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Kapuas Hulu. Kemudian untuk masalah pemodalan masyarakat bisa menggunakan Dana Desa dan juga dana CSR perusahaan.

Untuk mendukung semua itu desa perlu melakukan dua hal, yaitu memasukkan semua  itu dalam perencanaan desa (RPJMDES, RKPDES, APBDES dan mensinergikannya dengan program perusahaan; dan ke dua menggalang Kerjasama antar desa dengan membentuk Forum Komunikasi Antar Desa (FKAD).

Pemerintah Desa Nanga Kenepai sangat mendukung RESBOUND Kalbar dalam melaksanakan kegiatan pelatihan dan pendampingan, terutama terkait dengan pembangunan Desa dan peningkatkan kualitas individu masyarakat sehingga dapat bekerja sama membangun Desa. Dengan menggunakan istilah”Mendongkrak” Kepala Desa Nanga Kenepai yang baru menjabat ini, memberikan ruang yang sangat luas kepada Fasilitator Lapangan untuk mendampingi program-program desa yang dapat di sinergikan dengan program Perusahaan. [Jun]

 

Responsible and Sustainable Business in lndonesia Palm Oil Plantation (RESBOUND), in Kalimantan Barat

Mewujudkan Desa Mandiri Melalui Sinergisitas Desa dengan Para Pihak.

 

Nanga Suhaid – Yayasan PENABULU melalui program Resbound Kalbar, kembali mengadakan kegiatan lanjutan dengan tema “Training Perencanaan Desa Terpadu dengan Pendekatan CCSR” di aula desa Nanga Suhaid (28/7/2020).  Dalam kegiatan hadir peserta dari tiga desa yaitu desa Nanga Suhaid, desa Mantan dan desa Menapar serta para Pendamping Desa dari P3MD Kemendes RI.

“Desa Nanga Suhaid saat ini sudah di canangkan menjadi desa mandiri oleh pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu” ungkap Pak Ekhsan, Kepala Desa Nanga Suhaid.  “Namun akibat pandemi COVID 19, kami merasa sangat sulit untuk mewujudkan cita-cita tersebut, karena membutuhkan anggaran yang cukup besar. Sedangkan saat ini Dana Desa sudah banyak terpotong untuk penanggulangan pandemi COVID-19.” Oleh karena itu Pak Ekhsan meminta kepada semua pihak termasuk pihak LSM yang berkerja di wilayah desa Nanga Suhaid untuk saling berkoordinasi dan menjalankan program secara bersama-sama.

Kades Nanga Suhaid menceritakan bahwa pihaknya (Desa-red) sudah berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan pihak perusahaan sawit (KPC) yang berkerja didalam wilayah desanya. Hasilnya ada bantuan dari pihak KPC di bidang kesehatan seperti bantuan operasi katarak. Di bidang peternakan ada budi daya ayam petelur. Namun bantuan perusahaan belumlah maksimal. Demikian juga dengan kedua desa Mantan dan Menapar. Mereka sudah menerima bantuan dari pihak KPC. Namun sama halnya dengan Kades Nanga Suhaid, mereka merasa bahwa perusahaan belum maksimal dalam memberikan bantuan. Untuk itu ketiga desa sangat berharap agar program RESBOUND menjadi salah satu program yang dapat membantu Pemdes dan masyarakat dalam memaksimalkan bantuan dari pihak perusahaan.

Menanggapi hal tersebut, Stephanus Mulyadi, coordinator RESBOUND Kalbar, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan pelatihan perencanaan desa terpadu dengan pendekatan CCSR ini adalah sebuah upaya untuk mendorong desa-desa yang wilayahnya berada di lingkar perusahaan sawit agar memiliki kreatifitas dalam menggali potensi-potensi yang ada di desa masing-masing yang dapat di kembangkan melalui kerjasama dengan pihak perusahaan dalam kerangka pembangunan desa secara kolaboratif untuk kemajuan desa. Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk memasukan program-program perusahaan melalui skema CSR ini dalam RPJMDes, sehingga pihak desa dapat menuntut  perusahaan secara hukum apabila pihak perusahaan ingkar terhadap komitmen mereka.

Potensi desa

Ketiga desa yang hadir dalam training menyadari bahwa desa mereka memiki potensi yang beragam yang dapat dikembangkan. Desa Mantan masih memiliki tutupan hutan yang relatif masih bagus. “Kawasan hutan kami masih cukup menarik bila di kembangkan menjadi tempat wisata” ungkap Moses Sion, Kades Mantan. “Namun kami khawatir apabila, tempat tersebut dibuka menjadi tempat wisata maka air kami menjadi kotor dan tercemar” lanjutnya. Demikian juga dengan kades Nanga Suhaid. Dia menyampaikan bahwa desa Nanga Suhaid memiliki potensi pariwisata “pantai karangan”. Yang dimaksud dengan “pantai karangan” ini adalah hamparan batu yang timbul pada saat musim kemarau di sungai Kapuas. “Saat musim kemarau tiba ratusan bahkan sampai ribuan wisatawan datang ke karangan untuk rekreasi,” ungkap pak Ekhsan. Namun dari sisi pegelolaan menjadi agak sulit karena kawasan pantai karangan tidak semuanya berada di wilayah desa Nanga Suhaid saja. Namun pihak desa yakin apabila potensi tersebut dapat di kelola secara bersama-sama tentu akan bermanfaat bagi masyarakat dan juga desa.

Menjawab kekhawatiran kepala desa Mantan, Stephanus Mulyadi memberikan masukan terkait kreativitas desa dalam menggali potensi lainya. Artinya apabila sulit dikembangkan menjadi tempat wisata maka bisa saja di rencanakan menjadi usaha lain yang lebih produktif, misalnya usaha pengadaan air bersih dalam kemasan. Usaha ini nanti akan menjadi salah satu unit usaha BUMDes.

Sementara itu Selvianus Saludan sebagai pemateri terkait perhutanan sosial juga menambahkan, selain manfaat ekonomi yang dapat di kembangkan oleh desa melalui BUMDes, lingkungan di sekitar area sumber air bersih juga akan mendapatkan perhatian karena untuk menjaga sumber air bersih agar tetap terlindungi. Maka desa juga perlu membentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD).  Harapannya adalah dengan terbentuknya LPHD ini maka kawasan hutan yang menjadi penopang sumber air bersih akan tetap di pertahankan dengan upaya-upaya reboisasi dan perlingdungan hukum melalui PERDES bahkan hingga SK Mentri.

Dari kegiatan Pelatihan Perencanaan Desa Terpadu dengan Pendekatan CCSR ini terlihat bahwa selama ini desa belum menyadari pentingnya mengajak multi pihak untuk ikut serta dalam perencanaan pembangunan desa. Hal ini dikemukakan oleh Pak Ekhsan yang mengatakan bahwa selama ini pihak desa masih sangat bergantung kepada pihak kecamatan dalam mengambil keputusan terkait perencanaan desa. “Apabila ada perintah dari pelindung (Kecamatan-Red) maka desa akan segera bergerak” ucap beliau.

Hal senada diakui oleh Pak Buhari, Pendamping Desa Profesional dari P3MD Kemendesa RI. Buchari menuturkan selama ini memang ada yang terlupakan dalam proses musyawarah perencanaan desa, yaitu pihak perusahaan. Beliau beharap dengan adanya pendampingan dari program RESBOUND ke depan pihak perusahaan akan lebih dilibatkan.

Diakhir kegiatan ketiga desa akhirnya sepakat untuk mengikat komitmen kerjasama dalam proses membangun desa dengan cita-cita besar kelak akan menjadi desa-desa mandiri dengan mengembangkan potensi desa, saling melengkapi dan mendukung dalam kerangka pembangunan desa secara  berkelanjutan dengan mengandeng multi pihak. Komitmen ini di wujudkan dengan menanda tangani berita acara pembentukan Forum Komunikasi Tingkat Desa oleh tiga kepala desa. (EduArt)

Distribusi Berdampak Film “Pesantren”