Rapat Penyusunan Program Prioritas Dangku – Meranti

November 22, 2019


Rapat penyusunan program prioritas Dangka – Meranti dilaksanakan di ruang Rapat Hotel Santika pada tanggal 14 mei 2019, Palembang – Sumareta Selatan. Kegiatan dihadiri oleh Taufik dari kepala bidang KPH, Tri Bappeda Musi Banyuasin, Badawi dari kepala desa Pangkalan Bulian, Amsar dari kepalad desa Dawas, Sunarto dari kepala desa Lubuk Bitianto, Wan Kamil dari UPTD KPH Meranti, Asep Wahyudin dari BKSDA Sumatera Selatan. Dan peserta Kelola Sendang Arief, Anto, Asta, Abdi, Garuda, Grahita Hafsoh dan Nathalia.

Kegiatan dibagi dalam 3 (tiga) sesi, yaitu:

Sesi Presentasi program yang disampaikan oleh tim Kelola Sendang yaitu Arief.
Sesi Diskusi dengan Peserta Workshop Area 1. Di dalam sesi ini kepala bidang KPH memberikan tanggapan dan menerima tanggapan dari hasil presentasi yang disampaikan oleh tim kelola sendang. Bappeda Musi Banyuasin juga menanggapi dari pemaparan dari kepala bidang KPH. Kepada desa Pangkalan Bulian juga menanggapi dengan memberi masukan mengenai potensi yang ada di desanya. Dan kepala desa Dawas, kepala desa Lubuk Bintialo, Muba, Pak Wan Kamil dan Pak Tri juga sama untuk memberi tanggapan dan masukan.
Sesi Diskusi potensi dan permasalahan di desa ini diawali dengan presentasi dari Mas Anto selaku penanggungjawab. Presentasi yang disampaikan adalah mengenai lingkungan, ekonomi dan social. Diskusi semakin menarik saat tanya jawab mulai berlangsung dari para peserta saling memberikan pertanyaan maupun pernyataan untuk keberhasilan program ini.

Sosialisasi Area Model dan Pembentukan Forum Multipihak Area

Sosialisasi Area Model dan Pembentukan Forum Multipihak Area Model 2 Kemitraan Pengelolaan Lanskap Sembilang Dangku
November 22, 2019

Kegiatan sosialisasi area model dan pembentukan forum multipihak area model 2 khususnya di Sembilang Dangku yang dilaksanakan pada tanggal 4 April 2019 bertempat di Hotel Santika, Palembang, Sumatera Selatan dihadiri oleh dinas-dinas terkait dari Provinsi Sumatera Selatan, kepala desa Area Model dan juga Perusahaan yang masuk dalam wilayah Area Model 2, diantaranya adalah: Dinas Lingkungan Hidup dan Pertahanan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Selatan, KPH Lalan Mendis, Kades M.Merang, Kades Kepayang, PT. GAL, PT. MSA, PT. RHM, HaKI, Yayasan Penabulu, Puter dan ZSL-KS.

Kegiatan dimulai dengan sambutan dari Bpk. Ir. Hadenli Ugihan M.Si. selaku perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan, kemudian dilanjutkan sambutan dari Bpk. Dr. Syafrul Yunardy, S.Hut., M.E mewakili PSU-PIU dan terkahir sambutan dari David Ardhian, mewakili Direktur Projek Kelola Sendang. Pemaparan dilakukan oleh 3 orang pembicara yaitu:

Dr. Syafrul Yunardy, S.Hut., M.E mengenai Kemitraan Pengelolaan Lanskap Sembilang Dangku
Ir. Hadenli Ugihan, M.Si mengenai Area Model Kemitran KHG S. Merang – S. Ngirawan sebagai Model Kemitraan Public-Privat-People untuk mewujudkan Pembangunan di Sumatera Selatan
Dr. Yuli Suharnoto mengenai Intergrated Water Management System (IWMS) di KHG S.Merang – Kepayang.

Diskusi Terbatas Pemetaan Peluang dan Akses Pendanaan Hijau untuk Pengelolaan Berkelanjutan Lanskap Sembilang Dangku

Diskusi Terbatas Pemetaan Peluang dan Akses Pendanaan Hijau untuk Pengelolaan Berkelanjutan Lanskap Sembilang Dangku
November 21, 2019


Kegiatan diskusi terbatas “ Pemataan Peluang dan Akses Pendanaan Hijau untuk Pengelolaan Lanskap Sembilan Dangku” dilaksanakan pada tanggal 18 November 2019 bertempat di hotel Aryaduta Palembang. Dalam acara ini menghadirkan empat orang narasumber yang memberikan paparan tentang peluang serta akses-akses pendanaan hijau, kempat narasumber tersebut adalah 1)Ibu Titaningtyas dari Global Green Growth Institute – GCF Redlines Program 2) Bapak Prof. Dr.Ir Y Purwanto Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 3) Roy Salam, Direktur Indonesia Budget Center (IBC) 4) Rabin Ibnu Zainal, Direktur Pilar Nusantara (PINUS) . Tujuan dilaksanakannya diskusi terbatas “ Pemataan Peluang dan Akses Pendanaan Hijau untuk Pengelolaan Lanskap Sembilan Dangku” adalah 1). Mendiseminasikan sumber-sumber pendanaan yang potensial dalam hal mekanisme pengajuan, persyaratan, dan aksesibilitasnya untuk mendukung kemitraan pengelolaan lanskap KELOLA Sendang. 2). Memetakan rencana aksi bersama untuk menggunakan skema pembiayaan yang tersedia dalam rangka mendukung Masterplan Lanskap Kelola Sendang.

Kegiatan dihadiri oleh 32 orang terdiri dari perwakilan pemerintan daerah Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Banyuasin, Eko Agus Sugianto, Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif, Perwakilan OPD Provinsi Sumatera Selatan dan para pihak yang terlibat dalam program pengelolaan lanskap Kelola Sendang.

Acara dibuka oleh Ketua PSU/PIU Kelola Sendang Ibu Regina kemudian dilanjutkan dengan paparan dari masing-masing narasumber yaitu :

Ibu Titaningtyas, Indonesia Senior Asosociate, Green Finance, Global Green Growth Institute – GCF Redlines Program.(paparan terlampir mengenai Potensi Pendanaan melalui Green Climate Fund) Sekretariat NDA-GCF Indonesia BKF – Kementerian Keuangan.
Dr. Ir. Y. Purwanto, Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (paparan terlampir mengenai Pengelolaan Cagar Biosfer Indonesia: Cagar Biosfer Berbak Sembilang)
Bapak Roy Salam selaku Direktur Indonesia Budget Center. (paparan terlampir mengenai Pengenalan Skema Insentif Fsikal Berbasis Ekologi di Indonesia : TAKE, TAPE dan TANE).
Bapak Rabin Ibnu Zainal selaku Direktur Pilar Nusantara. (paparan terlampir mengenai Optimalisasi Bantuan Keuangan Provinsi Sumsel ke Kabupaten/Kota).
Hasil dari pertemuan ini adalah 1) TAKE TAPE dan TANE dapat menjadi formulasi pendanaan parapihak dengan indikator-indikator lingkungan hidup, untuk Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin mempunyai potensi untuk menerapkan TAPE karena telah memiliki Pokja Pembangunan Hijau yang anggotanya dari lintas OPD. 2) Pemerinta Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki potensi untuk menggajukan proposal pendanaan dengan skema scaling up karena sudah mempunya modal dari pelaksanaan program Kelola Sendang. 3) Masterplan Kelola Sendang dapat disinkronkan dengan cagar Biosfer.

Instalasi Panen Air Hujah (PAH) di Kecamatan Karang Agung Ilir dan Kecamatan Banyuasin II

Instalasi Panen Air Hujah (PAH) di Kecamatan Karang Agung Ilir dan Kecamatan Banyuasin II
November 21, 2019

Kegiatan pemasangan alat Panen Air Hujan (PAH) dilaksanakan pada tanggal 16 sampai dengan 27 Oktober 2019 di kecamatan Karang Agung Ilir dan Banyuasin II. Instalasi PAH di kecamatan Karang Agung Ilir dipasang di desa Sumber Rezeki dan Tabala Jaya sedangkah Instalasi PAH di kecamatan Banyuasin II di pasang di desa Sungsang 1, desa Sungsang II, desa Sungsang III dan desa Sungsang IV, serta dimasing-masing kantor kecamatan.

Pemilihan lokasi pemasangan demplot PAH dilakukan secara musyawarh mufakat antara Yayasan Penabulu, apparat desa dan perwakilan masyarakat. pertimbangan utamanya adalah adalah lokasi yang mudah diakses oleh mayarakat sehingga bisa dilihat dan dipelajari instalasi yang ada.harapannya akan muncul dorongan untuk mereplikasi instalasi PAH secara swadaya. Dari diskusi yang dilakukan disepakati bahwa instalasi percontohan akan dipasang pada kantor desa dan kecamatan. Pemasangan instalasi dilakukan Bersama dengan masyarakat sekaligus bentuk pelatihan sehingga saat masyarakat akan melakukan pemasangan instalasi PAH secara swadaya sudah cukup mempunyai kemampuan.

Rencana Pengembangan Demplot Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu di Area Model 1

Untuk mengawali rencana pengembangan demplot agroforestri di area model 1 maka dilakukan kegiatan pertemuan dengan kelompok pelaksanaannya pada hari Rabu, 20 November 2019 di lokasi demplot kelompok tani Meranti Wana Makmur, pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan konsep agroforestri. Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usaha tani) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan.

Pada sistem ini terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan mengurangi resiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur ulang sisa tananaman, Secara sederhananya memahami konsep anggota kelompok diberikan informasi tentang kegiatan budidaya yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang ada disekitar kawasan hutan selama ini.Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat membutuhkan pohon sebagai  jembatan, perahu dll.

Maka sudah seharusnya mereka berupaya untuk menanamnya. Selain untuk pemenuhan kebutuhan utama tersebut, keberadaan tanaman kayu/pohon tertentu juga bisa dimaksudkan sebagai bentuk tabungan untuk masa depan anak-anak dan atau cucu-cucunya. Masa panen pohon memerlukan waktu yang lama maka perlu diupayakan penanaman jenis tanaman musiman yang pemanfaatnya bukan pada kayu tetapi buahnya seperti pohon Petai, Jengkol, Durian yang mempunyai nilai ekonomi serta perlu budidaya jenis tanaman tertentu disela-sela tegakan yang jangka waktu panennya pendek tanaman Cabai, Tomat , jenis empon-empon. Dan pada saat pemeliharaan tanaman ini, secara tidak langsung juga akan memberikan pengaruh yang baik pada tegakan yang ada disekitarnya.