Tingkatkan Ketahanan Pangan: Uni Eropa dan Yayasan Penabulu Luncurkan Proyek ECHO Green untuk Mendorong Ekonomi Hijau yang Inklusif di Sektor Pertanian
Yayasan Penabulu bersama Konsorsium pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KpSHK), Konsil LSM Indonesia dan ICCO Cooperation hari ini meluncurkan proyek bertajuk “Promoting Green Economic Initiatives by Women and Youth Farmers in the Sustainable Agriculture Sector in Indonesia (ECHO Green)”.
Peluncuran proyek ECHO Green yang bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia diselenggarakan bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Kementerian Pertanian, dan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.
Dengan dukungan dana dari Uni Eropa senilai €950.000 atau Rp 16.6 miliar, proyek ECHO Green akan meningkatkan kolaborasi antara Pemerintah, organisasi masyarakat sipil (CSO) dan sektor swasta untuk memperkenalkan praktik pertanian berkelanjutan dan untuk memastikan keterlibatan perempuan dan petani muda dalam perencanaan tata ruang dan penggunaan lahan.
Proyek ini akan memberikan dukungan teknis kepada 120 CSO, 100 petani perempuan, 100 petani muda, dan 100 desa di delapan kecamatan di tiga kabupaten di Indonesia, yaitu Padang Pariaman (Sumatera Barat), Grobogan (Jawa Tengah) dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat). Proyek tersebut akan berakhir pada tahun 2022.
Eko Komara, Direktur Yayasan Penabulu, menyatakan dukungannya untuk ekonomi hijau yang inovatif dengan perempuan dan kaum muda berada di garis depan. “ECHO Green dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di daerah. Perempuan dan kaum muda memiliki peran penting dalam bidang pemberdayaan sumber daya manusia, dan menjadi motor pembangunan di era Teknologi Informasi 4.0. ECHO Green memiliki ambisi untuk meningkatkan ekonomi hijau, khususnya di bidang pertanian sebagai sektor andalan untuk menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan, mewujudkan kedaulatan dan keberlanjutan pangan, serta memperkenalkan pendekatan yang lebih inklusif bagi semua pihak,” kata Eko.
Dida Suwarida, National Program Manager ECHO Green, mengatakan proyek tersebut akan memanfaatkan teknologi digital untuk memperkenalkan konsep Ekonomi Hijau kepada masyarakat penerima manfaat di Kabupaten Padang Pariaman, Lombok Timur, dan Grobogan. “Virus corona berisiko bagi masyarakat. Wabah virus memberikan keyakinan kepada kita bahwa perempuan dan kaum muda harus mengambil peran untuk mengamankan masa depan kita. Tanpa optimalisasi teknologi digital, pandemi akan menyebabkan kurangnya minat terhadap pertanian berkelanjutan serta terhambatnya distribusi dan rantai produksi, pemasaran dan konsumsi,” kata Dida.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah mencatat isu peningkatan kebutuhan pangan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk sebesar 1,2 persen. Namun produktivitas yang relatif rendah dan fluktuasi harga menyebabkan daya tawar petani rendah.
Proyek ECHO Green sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional untuk tahun 2020-2024, terutama:
- Strategi 6.2.2 Meningkatkan peran dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan;
- Strategi 6.3.3 Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan, dan penataan ruang kawasan perdesaan; dan
- Strategi 6.9.9 Meningkatkan partisipasi generasi muda dalam pembangunan.
Dukungan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Grobogan dan Lombok Timur membawa nilai tambah dalam pencapaian tujuan ECHO Green.
“Strategi dan konsep ECHO Green sejalan dengan apa yang sedang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur yaitu bagaimana memanfaatkan potensi lokal seperti perikanan, pertanian dan pariwisata sehingga menggairahkan perekonomian yang inklusif dan berkelanjutan,” kata H.M. Juaini Taofik, Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Grobogan, Anang Armunanto, mengatakan proyek ECHO Green sangat penting bagi Grobogan karena akan mendorong dan memberdayakan perempuan dan pemuda untuk bekerja di sektor pertanian yang menjadi andalan Kabupaten Grobogan. “Proyek ini diharapkan akan menumbuhkan minat dan ketrampilan teknis mereka untuk menggeluti dunia pertanian,” kata Anang.
Hal senada diungkapkan Yurisman, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman. “Proyek ECHO Green sejalan dengan upaya yang dilakukan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman. Diharapkan pembelajaran berharga dari proyek ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Yurisman.
“Uni Eropa bangga mendukung proyek ini di tiga kabupaten di Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat. Bagi kami, ekonomi hijau yang inklusif adalah bagian dari pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Dengan menerapkan prinsip ekonomi hijau dan inklusif di sektor pertanian akan meningkatkan produktivitas pertanian, menciptakan pendapatan, dan mengurangi ketimpangan dan kemiskinan,” kata Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket. “Perempuan dan petani muda memainkan peran penting dalam komunitas pertanian lokal. Melatih mereka menggunakan teknologi pertanian modern akan meningkatkan ketahanan pangan dan nutrisi. Hal ini akan membantu membangun pertanian jangka panjang dan berkelanjutan. Dengan demikian, proyek baru ini akan memberikan manfaat langsung bagi warga Padang Pariaman, Grobogan, dan Lombok Timur,” tambahnya.