Pengelolaan Sampah untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan Melalui Program Sekolah Hijau JAPFA
Penabulu menjalin kemitraan dengan PT. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk dalam menjalankan program Sekolah Hijau JAPFA. Pada tahap pertama, program dimulai pada 30 Agustus 2018 dan berakhir pada 4 Januari 2019. Program Sekolah Hijau JAPFA memberikan pendampingan kepada sepuluh sekolah di wilayah Provinsi Banten. Sekolah tersebut adalah SDI Al Mudzakarah, SDN Cibereum, SDN Cikande 2, SDN Cikande 3, SDN Cimasuk, SDN Gabus 3 dan SDN Pabuaran yang berada di Cikande, Kabupaten Serang. Tiga SD lainnya adalah SDN Cikupa 1, SDN Cikupa 2, SDN Cikupa 4 SDN yang berada di Cikupa, Kabupaten Tangerang.
Ada tiga komponen program dalam sekolah hijau ini yakni pengelolaan sampah, pengelolaan kebun dan bank sampah. Pelaksanaan Pengelolaan sampah dilakukan di sekolah jangkauan dengan melibatkan kepala sekolah, guru, wali murid, murid, pedagang dan masyarakat di lingkungan sekitar dengan mengelar serangkaian kegiatan seperti loka latih dan juga pendampingan dan bimbingan teknis.
Program ini dilakukan agar sekolah memiliki sistem dalam mengelola sampah dan memanfaatkannya untuk memperbaiki kualitas lingkungan di sekolah. Prasyarat utama dari pengelolaan sampah adalah membangun kebiasaan untuk membuang sampah sesuai jenisnya sehingga sampah sudah terpilah dengan baik. Sampah terpilah tersebut kemudian dimanfaatkan kembali agar memiliki nilai guna.
Sampah plastik dari air minum kemasan digunakan sebagai media tanam. Sampah organik dimanfaatkan untuk membuat kompos. Sekolah kemudian membuat taman dengan metode vertikultur. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa sampah bisa dikelola dan dimanfaatkan untuk perbaikan kualitas lingkungan.
Hal lain yang dilakukan sekolah Hijau JAPFA adalah membekali sekolah untuk memanfaatkan sampah plastik menjadi kerajinan tangan. Kertas bekas juga bisa dikreasikan menjadi kertas daur ulang juga bisa dibuat menjadi hasil kerajinan. Dari upaya tersebut, pada akhir Desember 2018, 10 sekolah dampingan mampu mengurangi sampah yang terbuang ke pembuangan akhir. Mayoritas sekolah juga telah memiliki kebun sekolah, baik kebun berbasis lahan, green house maupun kebun vertikal dengan memanfaatkan botol sebagai media tanam dan sampah organik menjadi kompos untuk pupuk tanaman. Sampah dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan juga menjadikan sekolah menjadi semakin indah.