Yayasan Penabulu bersama Konsorsium, Launching Proyek ECHO Green secara Nasional
Rakyat Merdeka News.Com Ulakan Padang Pariaman — Melihat potensi Negara Indonesia yang memiliki Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam melimpah dan kompetitif, terutama dalam komoditas pertanian. Ditambah lagi dengan posisi yang berada dalam kawasan khatulistiwa, dengan sinar matahari yang ideal sepanjang tahun.
Kondisi ini yang sangat strategis ini, telah disikapi oleh Pemerintah Indonesia secara serius dengan menerbitkan Undang-Undang no. 6 tahun 2014 tentang Desa. Sebagaimana dijelaskan, bahwa tujuan pembangunan Desa antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Asas demokratisasi dan partisipasi yang diemban oleh UU tentang Desa ini, merupakan upaya dalam mendorong dan mempromosikan keterlibatan yang besar bagi perempuan dan generasi muda. Untuk terlibat aktif dalam proses perencanaan pembangunan desa, melalui pengembangan inisiatif ekonomi hijau dan berkelanjutan di sektor pertanian.
Namun pada kenyataan malah sebaliknya, peran perempuan petani di sektor pertanian semakin hari semakin berkurang. Sektor ini juga ditinggalkan oleh para generasi muda Desa, karena dianggap tidak mampu memberikan penghidupan yang layak di kemudian hari.
Karena itu, kaum perempuan dan generasi muda tani memang membutuhkan dukungan dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan Pemerintah pada semua tingkatan dan sektor swasta. Terutama dalam meningkatkan praktek pertanian berkelanjutan dan untuk mengembangkan model pertanian yang paling sesuai dengan kebutuhan dan komoditas unggulan yang dimiliki seluruh rantai pertanian dari mulai input, produksi hingga pemasaran.
Dengan latar belakang yang demikian, Yayasan Penabulu bersama Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KpSHK) dan Konsil LSM Indonesia serta didukung oleh ICCO Cooperation, mengembangkan aksi “Promosi Inisiasi Ekonomi Hijau Oleh Petani Perempuan dan Generasi Muda dalam Sektor Pertanian Berkelanjutan di Indonesia (ECHO Green)”.
Selanjutnya, pada Jum’at (16/10) dilakukan Louncing ECHO Green yang bertempat di Agriculture War Room Kementerian Pertanian Republik Indonesia di Jakarta. Pertemuan yang dilakukan secara hybrid itu, untuk tatap muka secara nasional dengan kabupaten akan terhubung secara virtual melalui aplikasi zoom meeting.
Peluncuran program ini melibatkan Kementerian terkait, Pemerintah Kabupaten sasaran, sektor swasta dan asosiasi swasta terkait pertanian, OMS, badan pembangunan, akademisi, media serta kalangan masyarakat sipil yang terlibat dengan isu pertanian perempuan dan generasi muda tani.
Rangkaian acara Launching proyek ECHO Green, ditandai dengan pemukulan gong dan sirine yang dilanjutkan dengan penandatanganan secara simbolis oleh perwakilan dari Kementrian. Acara diawali dengan pemutaran video dan dilanjutkan penyampaian laporan pelaksanaan proyek oleh Eko Kurniawan Komara Direktur Eksekutif Yayasan Penabulu dan sambutan selamat datang oleh Kelompok Wanita Tani. Kemudian pidato sambutan dari Hans Farnhammer selaku Kepala Kerjasama Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia.
Diakhir pertemuan dilakukan konferensi pers secara virtual, terkait proyek ECHO Green yang diikuti oleh media nasional dan media lokal. Bertindak sebagai pemandu dan moderator dalam tanya jawab, Novianti Manurung dari Uni Eropa dan Misran Lubis Direktur Konsil LSM Indonesia serta Dida Suwarida selaku National Project Manager (NPM) ECHO Green.
Menurut Direktur Eksekutif Penabulu Eko Komara. Pada tahap inisiasi proyek, ECHO Green telah melakukan sosialisasi di tingkat nasional dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dari Kementerian terkait dalam pelaksanaan proyek, serta untuk menyebarluaskan gambaran tentang strategi proyek. Sementara itu pada tingkat lokal, Sosialisasi dan penyebarluasan strategi proyek telah dilakukan di masing-masing kabupaten dan kecamatan lokasi proyek ECHO Green.
Eko Komara menjelaskan, bahwa proyek yang dibiayai oleh Uni Eropa Delegasi Indonesia dan Brunei Darussalam ini, telah dimulai pelaksananya sejak bulan Januari 2020 dan diharapkan tuntas bulan Desember 2022. Tujuannya adalah, untuk mendorong inisiatif ekonomi hijau oleh petani perempuan dan generasi muda di sektor pertanian berkelanjutan. Dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian, ketahanan pangan, peluang kerja yang layak, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif menuju pencapaian SDG2, SDG5, dan SDG8 di Indonesia.
“Aksi Proyek ini akan fokus pada upaya untuk meningkatkan kolaborasi antara Pemerintah dengan OMS dan sektor swasta, untuk secara efektif memperkuat keterlibatan petani perempuan dan generasi muda. Terutama dalam perencanaan tata ruang dan penggunaan lahan desa, sehingga petani perempuan dan generasi muda memperoleh posisi dan peran yang lebih baik dalam rantai nilai pertanian. Kemudian dalam praktik pertanian yang berkelanjutan, sehingga terjadi peningkatan mata pencaharian dan pendapatannya”. Ujar Eko mengakhiri pembicaraan.
Sasaran proyek ini berada pada tiga daerah yakni, Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sasaran lokasi untuk kabupaten Padang Pariaman adalah sebanyak 25 Desa/Nagari, yang tersebar di Kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung dan Ulakan Tapakis. Semua Camat dan wali nagari daerah sasaran, mengikuti mengikuti acara launching ini secara virtual melalui aplikasi zoom meeting.
Di dalam kerangka ini, Pemerintah desa/nagari memiliki kewenangan dan hak otonomi untuk menyusun rencana tata ruang dan tata guna lahan desa yang terintegrasi. Kegiatan ini dilakukan melalui proses partisipatif, dengan memastikan keterlibatan efektif perempuan dan kelompok generasi muda serta kelompok marjinal (tidak berdaya) secara ekonomi lainnya. Kepastian alokasi peruntukan lahan pertanian desa sebagai aset lahan desa bagi perempuan dan generasi muda kelompok tani, akan menjadi langkah awal pengembangan inisiatif ekonomi hijau pada sektor pertanian di ECHO Green. (AS/KN)