Uni Eropa dan Yayasan Penabulu Luncurkan ECHO Green

TRIBUNJAKARTA.COM – Yayasan Penabulu bersama Konsorsium pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KpSHK), Konsil LSM Indonesia, dan ICCO Cooperation, hari ini meluncurkan proyek bertajuk Promoting Green Economic  Initiatives  by  Women  and Youth Farmers in the Sustainable Agriculture Sector in Indonesia (ECHO Green).

Bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia, proyek yang baru diluncurkan ini bekerjasama dengan sejumlah Kementerian Indonesia.

Sejumlah Kementerian tersebut diantaranya adalah Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/ BAPPENAS), Kementerian PPPA, Kementerian  Desa,  Daerah  Tertinggal,  dan Transmigrasi, Kementerian Pertanian, dan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.

Direktur Yayasan Penabulu, Eko Komara, mengatakan, proyek ini mendapat dukungan dana dari Uni Eropa sebesar Rp 16,6 miliar.

“Proyek ECHO Green akan meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat sipil (CSO), dan sektor swasta untuk memperkenalkan praktik pertanian berkelanjutan dan untuk memastikan keterlibatan perempuan dan petani muda dalam perencanaan tata ruang dan penggunaan lahan,” katanya dalam konferensi pers secara daring, Jumat (16/10/2020).

Eko Komara menjelaskan, proyek yang sejatinya sudah berjalan ini memberi dukungan teknis pada 120 CSO, 100 petani perempuan, 100 petani muda, dan 100 desa di delapan Kecamatan yang ada di  tiga Kabupaten di Indonesia.

“Tiga Kabupaten  yaitu Padang Pariaman  (Sumatera Barat), Grobogan (Jawa Tengah), dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat),” katanya.

Lanjut Eko, ECHO Green juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) di daerah-daerah.

Menurutnya, perempuan  dan kaum muda memiliki  peran  penting  dalam  bidang  pemberdayaan sumber daya manusia,  serta menjadi motor pembangunan di era teknologi informasi 4.0.

“ECHO Green memiliki ambisi untuk meningkatkan ekonomi hijau, khususnya di bidang pertanian sebagai sektor andalan untuk menciptakan lapangan kerja yang  berkelanjutan, mewujudkan  kedaulatan  dan  keberlanjutan  pangan,  serta  memperkenalkan pendekatan yang lebih inklusif bagi semua pihak,” paparnya.

Sementara itu, National Program Manager ECHO Green, Dida Suwarida, menuturkan, ECHO Green memanfaatkan teknologi  digital  untuk memperkenalkan konsep  ekonomi  hijau  kepada  masyarakat penerima manfaat di tiga Kabupaten ini.

“Virus corona berisiko bagi masyarakat. Wabah virus memberikan keyakinan kepada kita bahwa perempuan dan kaum muda harus  mengambil  peran  untuk  mengamankan  masa  depan  kita. Tanpa  optimalisasi  teknologi  digital, pandemi  akan  menyebabkan  kurangnya  minat  terhadap  pertanian  berkelanjutan  serta  terhambatnya distribusi dan rantai produksi, pemasaran dan konsumsi,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten  Lombok Timur, Juaini  Taofik, mengaku bahwa strategi dan konsep ECHO Green sejalan dengan yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.

“Bagaimana memanfaatkan  potensi lokal seperti perikanan, pertanian dan  pariwisata  sehingga  menggairahkan  perekonomian  yang  inklusif dan berkelanjutan,”  tuturnya dalam konferensi pers secara daring.

Sementara itu, Kepala  Badan  Perencanaan  Pembangunan  Daerah  (BAPPEDA)  Kabupaten  Grobogan,  Anang  Armunanto,  mengatakan, ECHO Green sangat penting bagi daerah Grobogan.

“Ini akan mendorong  dan  memberdayakan  perempuan  dan  pemuda  untuk  bekerja  di  sektor  pertanian  yang  menjadi  andalan  Kabupaten  Grobogan,” bebernya.

“Kami harap ini akan  menumbuhkan  minat dan keterampilan teknis mereka untuk menggeluti dunia pertanian,” timpalnya lagi.

Terakhir, Duta Besar Uni Eropa, Vincent  Piket, berujar, pihaknya merasa bangga dapat mendukung proyek ECHO Green di tiga Kabupaten ini.

“Bagi  kami,  ekonomi  hijau  yang  inklusif  adalah  bagian  dari  pencapaian  tujuan  pembangunan  berkelanjutan  (TPB).  Dengan  menerapkan  prinsip  ekonomi  hijau  dan  inklusif  di  sektor  pertanian  akan  meningkatkan  produktivitas  pertanian,  menciptakan  pendapatan,  dan  mengurangi  ketimpangan dan kemiskinan,”  ujarnya.

Sumber: https://jakarta.tribunnews.com/2020/10/16/uni-eropa-dan-yayasan-penabulu-luncurkan-echo-green?page=1