PENGEMBANGAN AGROFORESTRY LAHAN GAMBUT

Kegiatan pengembangan agroforestry Lahan Gambut di area model 2 dilaksanakan dalam periode waktu 26 November – 20 Desember 2019 yang dilakukan di Muara Medak dan Muara Merang. Dalam upaya untuk mengembangkan agroforestry lahan gambut terdapat dua kegiatan yang dilakukan yakni distribusi bibit dari penyemaian ke desa dan pertemuan kelompok.

Distribusi bibit dilakukan dari lokasi penyemaian BPTH wilayah I Palembang yang berada di Sukomoro ke lokasi Kelompok Tani Tumbuh Subur di Desa Muara Medak. Bibit didistribusikan langsung oleh pihak BPTH Wilayah I Palembang ke Desa Muara Medak pada tanggal 27 November 2019. Total bibit yang didistribusikan oleh BPTH Wilayah I Palembang ke Desa Muara Medak ( Kelompok Tani Tumbuh Subur) yaitu sebanyak 4.650 bibit.

Kemudian pada tanggal 28 November 2019 kelompok melakukan pertemuan dengan agenda untuk mendiskusikan rencana teknis pembagian bibit dan tindak lanjut mengenai pembangunan demplot. Kemudian berdasarkan diskusi tersebut pemindahan bibit disepakati dilakukan pada tanggal 29 November 2019 dengan menggunakan motor yang diberi keranjang di belakangnya. Sedangkan untuk teknis pembagian bibit yaitu sebanyak 200 bibit gaharu dipisahkan untuk kebutuhan demplot dan sisanya dibagi secara merata, setelah itu masing-masing anggota dibebaskan untuk bertukar bibit sesuai kebutuhan masing-masing.

Setelah membahas mengenai bibit dari BPTH, diskusi dilanjutkan dengan membahas rencana pembangunan demplot. Demplot agroforestry memiliki luas lahan 1 Ha dan akan diisi dengan komoditi kayu-kayuan (gaharu), jeruk dan nanas. Doemplot tersebut juga akan dipasangi pagar untuk menghindari serangan hama babi.

Kemudian pada malam hari tanggal 17 Desember 2019 diadakan kembali pertemuan dengan agenda pembahasan proses distribusi bibit ke masing-masing anggota dan perubahan rencana untuk demplot. Setelah pertemuan ini, tim dan perwakilan kelompok melakukan cek ke lokasi penanaman bibit dari BPTH dan cek lokasi yang akan dijadikan lahan demplot agroforestry.

Rencana tindak lanjut untuk kegiatan ini dianataranya: Menyelesaikan proses penanaman bibit dari BPTH oleh masing-masing anggota kelompok, Monitoring lahan dan bibit yang telah ditanam oleh anggota kelompok, Pembuatan lubang tanam di lahan demplot, Pengadaan bibit yang belum tersedia serta penanaman di lahan demplot.

Pertemuan Penyepakatan Segmen Batas Desa Pangkalan Bulian dengan Desa Ulak Kembang

Pertemuan penyepakatan segmen batas antara desa pangkalan bulian dengan desa ulak kembang dilaksanakan di Kantor Kecamatan Batang Hari Leko Desa Tanah Abang pada tanggal  19 Desember 2019. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1) Mendapatkan kesepakatan batas administrasi desa antara desa ulak kembang dan desa pangkalan bulian, 2) Memberikan pembelajaran kepada pemerintah kecamatan dan desa bahwa pemataan batas desa dapat dilakukan dengan 2 metode yakni kartometrik dan pelacakan titik batas tanpa harus mengelilingi desa tersebut, 3) Memberikan pembelajaran bagi pemerintah setempat bahwa Pemetaan secara partisipatif dengan melibatkan semua unsur stakeholder yang ada di desa dapat meminimalisir pertikaian batas sehingga keputusan yang di ambil adalah keputusan bersama bukan keputusan sepihak dari pemerintah desa saja.

Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan BPD Desa Ulak Kembang, perwakilan BPD Desa Pangkalan Bulian, Sekertaris Desa Pangkalan Bulian, perwakilan masyarkat Desa Pangkalan Bulian, perwakilan masyarakat Desa Ulak Kembang, serta Tim Pemetaan Penabulu.

Dalam acara ini Sekertaris Camat Batang Hari Leko memberikan sambutan. Dia berharap apabila terdapat permasalah di dalam proses penetapan segmen batas kedua desa tersebut, permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang baik. Selain itu setiap perwakilan desa yang hadir diharapakan dapat mengambil keputusan terbaik sehingga dalam pertemuan ini dapat dihasikan kesepaktan segmen batas antara Desa Pangkalan Bulian dan Desa Ulak Kembang.

Kemudian dalam pertemuan ini, perwakilan desa yang hadir dipersilakan untuk menyampaikan pendapatnya. Bapak Ismail sebagai perwakilan Desa Pangkalan Bulian menyampaikan bahwa batas kedua desa pada dasarnya sudah ada sejak dahulu namun untuk menetapkan kembali batas kedua desa tersebut juga harus mempertimbangkan keadaan yang ada sekarang. Kemudian dia menjabarkan batas desa Pangkalan Bulian versi marga. Setelah itu, Perwakilan Desa Ulak Kembang yang juga merupakan mantan kepala Desa Ulak Kembang menyatakan bahwa dia sepakat dengan batas desa yang merujuk pada batas marga. Namun pada tahun 2010 terdapat kesepakatan tentang segmen batas desa antara beliau semasa menjabat kepala desa dengan kepala desa pangkalan bulian pada saat itu. Kesepakatan tersebut hanya membahas segmen sepanjang sungai aji asan. Oleh karena itu, beliau setuju untuk menindak lanjuti kegiatan penyepakatan batas segmen antara desa pangkalan bulian dan desa ulak kembang namun dengan tidak mengcuhkan hasil kesepakatan sebelumnya.

Pertemuan ini kemudian dianjutkan dengan pembahasan segmen batas antara Desa Pangkalan Bulian dengan Desa Ulak Kembang. Melihat tumpang tindih batas antara kedua desa, bapak sekertaris camat kemudian mengambil sebuah solusi untuk membagi 2 wilayah yang tumpang tindih klaim batas tersebut. Keputusan yang diambil ini juga telah disepakati oleh perwakilan kedua desa yang hadir dengan menekankan bahwa keputusan tentang batasa kedua desa tersebut tidak akan lagi berubah.

Monitoring Instalasi Panen Air Hujan (PAH)

Pengembangan instalasi panen air hujan (PAH)  pada daerah pesisir adalah salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air konsumsi bagi masyarakat. Kegiatan monitoring instalasi panen air hujan dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pembuatan instalasi Panen Air Hujan (PAH) yang telah dibangun di beberapa titik. Monitoring dan evaluasi untuk PAH dilaksanakan di dua kecamatan yakni Kecamatan Karang Agung Ilir pada 30 November – 6 Desember 2019 dan Kecamatan Banyuasin II pada tanggal 8 Desember – 19 Desember 2019. Kegiatan monitoring ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui kondisi dari instalasi yang telah dibangun, 2) Mengetahui fungsi dari instalasi sesuai dengan yang semestinya atau belum, 3) Mengetahui kualitas air hasil instalasi melalui pengujian sederhana, 4) Penjajagan penerimaan masyarakat terhadap teknologi ini dan kemungkinan pengembangan ke depan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan monitoring evaluasi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Instalasi panen air hujan yang sudah ada telah berfungsi dengan baik, namun masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan di beberapa bagian, 2) pH dan TDS air hujan yang ditampung sudah memenuhi persyaratan air konsumsi (hasiluji sederhana, pHmeter, TDS meter, visual dan rasa), 3) Peletakan instalasi Panen Air Hujan (PAH) di fasilitas umum dengan tujuan kampanye ternyata kurang efektif karena pemanfaatannya sangat minimal, 4) Bebebrapa desa juga tertarik untuk melakukan pemasangan Instalasi PAH, namun sebagian masyarakat telah memiliki bak penampung sehingga hanya perlu membuat sisitem penyaringan saja, 5) Sosialisasi tatap muka dengan warga dinilai lebih efektif untuk dilakukan dibandingkan hanya dengan mengundang perwakilan tokoh masyarakat karena penyebaran informasi lebih merata.

Berdasarkan data yang telah diperoleh setelah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap instalasi Panen Air Hujan yang telah di buat di beberapa titik, maka rencana tindak lanjut dari kegiatan ini meliputi: 1) Pembentukan kelompok penyedia layanan pembuatan instalasi PAH di tingkat masyarakat, 2) Perubahan ukuran instalasi sehingga mempermudah penyediaan material di tingkat local, 3) Perbaikan konstruksi agar instalasi lebih kuat.

Monitoring Pengembangan Burung Hantu Tyto Alba Sebagai Pengendali Hama Tikus

Kegiatan kunjungan monitoring program pengendalian hama tikus secara terpadu dengan predator alami Tyto Alba di Kecamatan Karang Agung Ilir dilaksanakan pada tanggal 30 November 2019 sampai dengan tanggal 6 Desember 2019. Monitoring di Desa Sumber Rejeki dilakukan pada 1-3 Desember 2019 dan monitoring di Desa Tabala Jaya dilakukan pada 4-5 Desember 2019. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1) Memastikan perkembangan aktivitas burung hantu di sekitar demplot Tyto Alba yang terpasang berdasarkan hasil monitoring dan catatan kelompok tani, 2) Mendiskusikan temuan-temuan yang ada di lapangan, tantangan  dan kendala yang dihadapi serta metode-metode yang digunakan dilapangan oleh kelompok tani untuk memonitoring Tyto Alba.

Berdasarkan monitoring yang telah dilaksanakan sudah ada kemandirian dari para petani dan ujicoba penanggulangan hama tikus melalui Tyto Alba ini memang belum bisa diukur efektifitasnya dari hasil panen padi karena saat ini petani masih proses olah lahan bahkan ada yang belum karena hujan belum sering turun. Namun berdasarkan diskusi dengan kelompok tani, di lokasi-lokasi yang telah aktif ditemukan burung hantu ini lubang tikus dan jalan tikus tidak terlihat banyak, sedangkan di beberapa area yang belum terdapat tenggeran aktif masih terlihat jalan tikus yang licin bekas dilalui. Selain itu masih diketemukan penggunaan racun tikus rodentisida di area yang sudah terdapat rubuha/demonstration plot (demplot) dan yang belum.

Kelompok tani yang diintervensi ternyata tidak aktif melakukan monitoring pasca pembuatan demplot di desa Tabala Jaya (primer 12). Kelompok tani primer 12, RT 3A. sedangkan kelompok tani lainnya aktif melalulan monitoring dan pencatatan. Kondisi Rumah burung hantu (nestbox) masih terlihat baik dan kuat belum ada perubahan, tenggeran masih terpasang namun belum ada penambahan. Menurut kelompok tani, rencana penambahan tenggeran akan dilakukan secara swadaya oleh petani jika sudah mulai tanam padi.

Sebagai tindak lanjut dari monitoring yang dilakukan, maka berikut merupakan beberapa rencana kegiatan yang kan dilakukan: 1) Melakukan pendekatan kepada kelompok tani yang telah mandiri di desa Sumber Rejeki, Tabala Jaya maupun petani dari desa lain yang sudah membuat secara mandiri namun belum sesuai standar, 2) Melakukan monitoring Tyto alba bulan Januari saat musim tanam dan workshop pertanian ramah lingkungan dengan pembuatan pupuk organik dengan pengkoposan, 3) Evaluasi teknis oleh Pak Lim disertai pelatihan singkat dna praktek lapangan di desa lain sebagai pengembangan target 2 desa (karang sari dan jati sari serta primer 5) yang akan dilakukan di bulan Februari 2020, serta melakukan penulisan pembelajaran baik oleh para petani terkait penangulangan hama tikus menggunakan burung hantu dan pertanian ramah lingkungan.

 

Rapat Penyusunan Program Prioritas Dangku – Meranti

November 22, 2019


Rapat penyusunan program prioritas Dangka – Meranti dilaksanakan di ruang Rapat Hotel Santika pada tanggal 14 mei 2019, Palembang – Sumareta Selatan. Kegiatan dihadiri oleh Taufik dari kepala bidang KPH, Tri Bappeda Musi Banyuasin, Badawi dari kepala desa Pangkalan Bulian, Amsar dari kepalad desa Dawas, Sunarto dari kepala desa Lubuk Bitianto, Wan Kamil dari UPTD KPH Meranti, Asep Wahyudin dari BKSDA Sumatera Selatan. Dan peserta Kelola Sendang Arief, Anto, Asta, Abdi, Garuda, Grahita Hafsoh dan Nathalia.

Kegiatan dibagi dalam 3 (tiga) sesi, yaitu:

Sesi Presentasi program yang disampaikan oleh tim Kelola Sendang yaitu Arief.
Sesi Diskusi dengan Peserta Workshop Area 1. Di dalam sesi ini kepala bidang KPH memberikan tanggapan dan menerima tanggapan dari hasil presentasi yang disampaikan oleh tim kelola sendang. Bappeda Musi Banyuasin juga menanggapi dari pemaparan dari kepala bidang KPH. Kepada desa Pangkalan Bulian juga menanggapi dengan memberi masukan mengenai potensi yang ada di desanya. Dan kepala desa Dawas, kepala desa Lubuk Bintialo, Muba, Pak Wan Kamil dan Pak Tri juga sama untuk memberi tanggapan dan masukan.
Sesi Diskusi potensi dan permasalahan di desa ini diawali dengan presentasi dari Mas Anto selaku penanggungjawab. Presentasi yang disampaikan adalah mengenai lingkungan, ekonomi dan social. Diskusi semakin menarik saat tanya jawab mulai berlangsung dari para peserta saling memberikan pertanyaan maupun pernyataan untuk keberhasilan program ini.

Sosialisasi Area Model dan Pembentukan Forum Multipihak Area

Sosialisasi Area Model dan Pembentukan Forum Multipihak Area Model 2 Kemitraan Pengelolaan Lanskap Sembilang Dangku
November 22, 2019

Kegiatan sosialisasi area model dan pembentukan forum multipihak area model 2 khususnya di Sembilang Dangku yang dilaksanakan pada tanggal 4 April 2019 bertempat di Hotel Santika, Palembang, Sumatera Selatan dihadiri oleh dinas-dinas terkait dari Provinsi Sumatera Selatan, kepala desa Area Model dan juga Perusahaan yang masuk dalam wilayah Area Model 2, diantaranya adalah: Dinas Lingkungan Hidup dan Pertahanan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Selatan, KPH Lalan Mendis, Kades M.Merang, Kades Kepayang, PT. GAL, PT. MSA, PT. RHM, HaKI, Yayasan Penabulu, Puter dan ZSL-KS.

Kegiatan dimulai dengan sambutan dari Bpk. Ir. Hadenli Ugihan M.Si. selaku perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan, kemudian dilanjutkan sambutan dari Bpk. Dr. Syafrul Yunardy, S.Hut., M.E mewakili PSU-PIU dan terkahir sambutan dari David Ardhian, mewakili Direktur Projek Kelola Sendang. Pemaparan dilakukan oleh 3 orang pembicara yaitu:

Dr. Syafrul Yunardy, S.Hut., M.E mengenai Kemitraan Pengelolaan Lanskap Sembilang Dangku
Ir. Hadenli Ugihan, M.Si mengenai Area Model Kemitran KHG S. Merang – S. Ngirawan sebagai Model Kemitraan Public-Privat-People untuk mewujudkan Pembangunan di Sumatera Selatan
Dr. Yuli Suharnoto mengenai Intergrated Water Management System (IWMS) di KHG S.Merang – Kepayang.

Diskusi Terbatas Pemetaan Peluang dan Akses Pendanaan Hijau untuk Pengelolaan Berkelanjutan Lanskap Sembilang Dangku

Diskusi Terbatas Pemetaan Peluang dan Akses Pendanaan Hijau untuk Pengelolaan Berkelanjutan Lanskap Sembilang Dangku
November 21, 2019


Kegiatan diskusi terbatas “ Pemataan Peluang dan Akses Pendanaan Hijau untuk Pengelolaan Lanskap Sembilan Dangku” dilaksanakan pada tanggal 18 November 2019 bertempat di hotel Aryaduta Palembang. Dalam acara ini menghadirkan empat orang narasumber yang memberikan paparan tentang peluang serta akses-akses pendanaan hijau, kempat narasumber tersebut adalah 1)Ibu Titaningtyas dari Global Green Growth Institute – GCF Redlines Program 2) Bapak Prof. Dr.Ir Y Purwanto Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 3) Roy Salam, Direktur Indonesia Budget Center (IBC) 4) Rabin Ibnu Zainal, Direktur Pilar Nusantara (PINUS) . Tujuan dilaksanakannya diskusi terbatas “ Pemataan Peluang dan Akses Pendanaan Hijau untuk Pengelolaan Lanskap Sembilan Dangku” adalah 1). Mendiseminasikan sumber-sumber pendanaan yang potensial dalam hal mekanisme pengajuan, persyaratan, dan aksesibilitasnya untuk mendukung kemitraan pengelolaan lanskap KELOLA Sendang. 2). Memetakan rencana aksi bersama untuk menggunakan skema pembiayaan yang tersedia dalam rangka mendukung Masterplan Lanskap Kelola Sendang.

Kegiatan dihadiri oleh 32 orang terdiri dari perwakilan pemerintan daerah Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Banyuasin, Eko Agus Sugianto, Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif, Perwakilan OPD Provinsi Sumatera Selatan dan para pihak yang terlibat dalam program pengelolaan lanskap Kelola Sendang.

Acara dibuka oleh Ketua PSU/PIU Kelola Sendang Ibu Regina kemudian dilanjutkan dengan paparan dari masing-masing narasumber yaitu :

Ibu Titaningtyas, Indonesia Senior Asosociate, Green Finance, Global Green Growth Institute – GCF Redlines Program.(paparan terlampir mengenai Potensi Pendanaan melalui Green Climate Fund) Sekretariat NDA-GCF Indonesia BKF – Kementerian Keuangan.
Dr. Ir. Y. Purwanto, Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (paparan terlampir mengenai Pengelolaan Cagar Biosfer Indonesia: Cagar Biosfer Berbak Sembilang)
Bapak Roy Salam selaku Direktur Indonesia Budget Center. (paparan terlampir mengenai Pengenalan Skema Insentif Fsikal Berbasis Ekologi di Indonesia : TAKE, TAPE dan TANE).
Bapak Rabin Ibnu Zainal selaku Direktur Pilar Nusantara. (paparan terlampir mengenai Optimalisasi Bantuan Keuangan Provinsi Sumsel ke Kabupaten/Kota).
Hasil dari pertemuan ini adalah 1) TAKE TAPE dan TANE dapat menjadi formulasi pendanaan parapihak dengan indikator-indikator lingkungan hidup, untuk Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin mempunyai potensi untuk menerapkan TAPE karena telah memiliki Pokja Pembangunan Hijau yang anggotanya dari lintas OPD. 2) Pemerinta Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki potensi untuk menggajukan proposal pendanaan dengan skema scaling up karena sudah mempunya modal dari pelaksanaan program Kelola Sendang. 3) Masterplan Kelola Sendang dapat disinkronkan dengan cagar Biosfer.

Instalasi Panen Air Hujah (PAH) di Kecamatan Karang Agung Ilir dan Kecamatan Banyuasin II

Instalasi Panen Air Hujah (PAH) di Kecamatan Karang Agung Ilir dan Kecamatan Banyuasin II
November 21, 2019

Kegiatan pemasangan alat Panen Air Hujan (PAH) dilaksanakan pada tanggal 16 sampai dengan 27 Oktober 2019 di kecamatan Karang Agung Ilir dan Banyuasin II. Instalasi PAH di kecamatan Karang Agung Ilir dipasang di desa Sumber Rezeki dan Tabala Jaya sedangkah Instalasi PAH di kecamatan Banyuasin II di pasang di desa Sungsang 1, desa Sungsang II, desa Sungsang III dan desa Sungsang IV, serta dimasing-masing kantor kecamatan.

Pemilihan lokasi pemasangan demplot PAH dilakukan secara musyawarh mufakat antara Yayasan Penabulu, apparat desa dan perwakilan masyarakat. pertimbangan utamanya adalah adalah lokasi yang mudah diakses oleh mayarakat sehingga bisa dilihat dan dipelajari instalasi yang ada.harapannya akan muncul dorongan untuk mereplikasi instalasi PAH secara swadaya. Dari diskusi yang dilakukan disepakati bahwa instalasi percontohan akan dipasang pada kantor desa dan kecamatan. Pemasangan instalasi dilakukan Bersama dengan masyarakat sekaligus bentuk pelatihan sehingga saat masyarakat akan melakukan pemasangan instalasi PAH secara swadaya sudah cukup mempunyai kemampuan.

Rencana Pengembangan Demplot Agroforestri dan Sistem Pertanian Terpadu di Area Model 1

Untuk mengawali rencana pengembangan demplot agroforestri di area model 1 maka dilakukan kegiatan pertemuan dengan kelompok pelaksanaannya pada hari Rabu, 20 November 2019 di lokasi demplot kelompok tani Meranti Wana Makmur, pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan konsep agroforestri. Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usaha tani) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan.

Pada sistem ini terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan mengurangi resiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur ulang sisa tananaman, Secara sederhananya memahami konsep anggota kelompok diberikan informasi tentang kegiatan budidaya yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang ada disekitar kawasan hutan selama ini.Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat membutuhkan pohon sebagai  jembatan, perahu dll.

Maka sudah seharusnya mereka berupaya untuk menanamnya. Selain untuk pemenuhan kebutuhan utama tersebut, keberadaan tanaman kayu/pohon tertentu juga bisa dimaksudkan sebagai bentuk tabungan untuk masa depan anak-anak dan atau cucu-cucunya. Masa panen pohon memerlukan waktu yang lama maka perlu diupayakan penanaman jenis tanaman musiman yang pemanfaatnya bukan pada kayu tetapi buahnya seperti pohon Petai, Jengkol, Durian yang mempunyai nilai ekonomi serta perlu budidaya jenis tanaman tertentu disela-sela tegakan yang jangka waktu panennya pendek tanaman Cabai, Tomat , jenis empon-empon. Dan pada saat pemeliharaan tanaman ini, secara tidak langsung juga akan memberikan pengaruh yang baik pada tegakan yang ada disekitarnya.

Membangun Bisnis Berkelanjutan dan Transformasi Pasar Menuju Kehidupan Pedesaan yang Layak

Industri kelapa sawit telah memainkan peran penting dalam perekonomian nasional Indonesia. Kontribusi minyak kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 2,46% pada tahun 2018 atau peringkat tertinggi di antara sektor non-migas (investor.id, 2018). Industri kelapa sawit juga membawa dampak positif bagi pembangunan daerah karena wilayah perkebunan kelapa sawit tersebar di banyak daerah di Indonesia, setidaknya di 24 provinsi (BPS, 2018). Industri kelapa sawit menyerap 4,2 juta langsung atau pada lapangan kerja pertanian, termasuk 1,5 juta petani kecil dan sekitar 12 juta lapangan kerja tidak langsung (Departemen Pertanian, 2018).

Potensi permintaan minyak sawit Indonesia masih sangat tinggi di masa depan meskipun ada juga tantangan dari komunitas domestik dan internasional untuk praktik yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan dari industri kelapa sawit Indonesia. Indonesia masih merupakan kontributor terbesar untuk produksi minyak sawit dunia, yaitu 35 juta ton atau sekitar 54% dari 64 juta ton produksi minyak sawit dunia (Kementerian Pertanian, 2018).

RESBOUND adalah proyek tiga tahun, yang dilaksanakan oleh ICCO Cooperation bersama Yayasan PENABULU dan PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) dengan dukungan dari European Union. Tujuan dari program ini diantaranya adalah untuk memperkuat inisiatif stakeholder dan para pemangku kepentingan dalam mendukung kehidupan pedesaan yang layak bagi petani kecil dan pekerja di perkebunan kelapa sawit melalui perumusan Community and Corporate Sosial Responsibility (CCSR); penguatan desa dan BUMDES serta komunitas lokal di 10 desa di Kabupaten Kapuas Hulu di Provinsi Kalimantan Barat, dan 10 desa di tiga kabupaten (Langkat; Serdang Bedagai; Deli Serdang) di Provinsi Sumatera Utara.

Untuk meluncurkan inisiatif RESBOUND, ICCO bekerja sama dengan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) melakukan diskusi panel pleno dan lokakarya paralel pra-peluncuran pada tanggal 19 November 2019 bertempat di Merchantile Athletic Club (World Trade Centre I, 18th Floor, Jl. Jend. Sudirman No.Kav 29-31, Jakarta yang bertujuan untuk:

  • menginformasikan pemangku kepentingan utama tentang inisiatif RESBOUND tentang integrasi desa dan perusahaan dalam pembangunan
  • mengumpulkan input untuk RESBOUND, relevansi meningkat di antara para pemangku kepentingan terkait
  • menyediakan ruang bagi partisipasi dan komitmen di antara para pemangku kepentingan utama untuk Implementasi RESBOUND
  • mendukung bisnis dengan rantai pasokan untuk menembus pasar global dengan memenuhi standar keberlanjutan.

 

Kegiatan peluncuran program RESBOUND ini dihadiri oleh 80 orang partisipan yang berasal dari korporasi, Organisasi Masyarakat Sipil dan media dengan sambutan dari:

  • Sihol P. Aritonang, Ketua IBCSD
  • Vincent Piket, Ambassador EU
  • Lenneke Braam, ICCO Cooperation

 

Diskusi panel yang dimoderatori oleh Indah Budiani, Direktur Eksekutif IBCSD, menghadirkan:

  • Leroy Samy Uguy, Direktur Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
  • Antonius Pamero, Wakil Bupati Kalimantan Barat
  • Budi Santosa, Yayasan Konservasi Alam Nusantara
  • Agus Winarno, SCRD Head of GAR
  • Aditya Bayunanda, Direktur Policy, Sustainability & Transformation, WWF Indonesia

Konferensi pers kegiatan peluncuran program RESBOUND telah dipublikasikan di media sosial dan elektrika, bisa dibuka dalam link

https://www.youtube.com/watch?v=gym-JVUDZ6s&feature=youtu.be

https://wartakota.tribunnews.com/2019/11/19/icco-cooperation-dan-ibcsd-luncurkan-program-resbound

https://www.tribunnews.com/bisnis/2019/11/19/icco-cooperation-dan-ibcsd-luncurkan-program-resbound

https://www.portonews.com/2019/keuangan-dan-portfolio/perdagangan-dan-jasa/sinergi-csr-perusahaan-dan-masyarakat-perkebunan-sawit/

https://foto.okezone.com/view/2019/11/19/4/59593/transformasi-pasar-dan-bisnis-kelapa-sawit-berkelanjutan

https://equator.co.id/launching-nasional-resbound-wabup-kapuas-hulu-diundang-khusus-mewakili-kalbar/